-->

Ads

BPH - Kelenjar prostat adalah

Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada diuretra, serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis. Pada beberapa pasien dengan usia diatas 50 tahun, kelenjar prostatnya mengalami pembesaran karena terjadi perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen, pada beberapa kasus kelenjar prostat bisa memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. Kondisi ini dikenal sebagai Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) atau hipertrofi prostat.

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60 tahun (Brunner & Suddarth, 2001).

Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi usia lanjut, dengan bertambahnya usia akan terjadi `perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen. Berdasarkan angka autopsy perubahan mikroskopik terjadi pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik berkembang akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, angka kejadiannya sekitar 50%. Prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada pria dan insiden pada negara berkembang meningkat karena adanya peningkatan umur harapan hidup

Di dunia, diperkirakan jumlah penderita BPH adalah sebanyak 30 juta pada tahun 2009, jumlah  ini  hanya  pada  kaum  pria  karena  wanita  tidak  mempunyai  kalenjar prostat. Maka oleh sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria (emedicine, 2009). Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia bila dijelaskan menurut usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH pada usia 40-an sebesar 40%, dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun menjadi 90%

Di indonesia, penyakit Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran pada tahun 2003. Jika dilihat secara  umumnya, diperkirakan hampir 50%  pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun ditemukan menderita penyakit BPH ini. Oleh karena itu, jika  dilihat dari 200 juta lebih jumlah rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta orangnya adalah pria dan yang berusia 50 tahun ke atas kira-kira sebanyak 5 juta, maka dapat disimpulkan bahwa kira-kira 2.5 juta pria rakyat Indonesia menderita penyakit BPH ini

Tidak jauh berbeda dengan kasus Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)  yang terjadi di Jawa Tengah pada tahun 2003. Kasus tertinggi gangguan prostat berdasarkan laporan rumah sakit terjadi di dua Kabupaten besar, yaitu Kabupaten Grobogan sebesar 4.794 kasus (66,33%) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kasus gangguan prostat di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah kota Surakarta 488 kasus (6,75%), dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penyakit tidak menular lain di  kota Surakarta, maka proporsi kasus ini adalah sebanyak 3,52%. Rata-rata kasus gangguan prostat di Jawa Tengah adalah 206,48

Ketika seseorang terkena BPH terdapat gejala-gejala seperti nyeri saat BAK, sering BAK tapi hanya menetes, retensi urine, dan lain-lain. Hal ini jika dibiarkan secara terus menerus, akan terjadi komplikasi-komplikasi yaitu di antaranya Hidroureter dan Hidronefrosis. Jika hal ini sampai terjadi maka terapi yang harus dilakukan adalah dengan tindakan operasi

Keluhan yang sering muncul setelah di lakukan tindakan operasi diantaranya: perubahan rasa nyaman nyeri, cemas karena adanya perubahan fungsi tubuh, aktifitas seksual terganggu, serta dapat muncul masalah infeksi. Peran perawat dalam hal ini, membantu klien dalam memenuhi kebutuhan pre dan post operasi

Menurut study pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Ambarawa pada tanggal 18 dan 19 maret 2015 dari catatan rekam medik didapatkan jumlah pasien dengan BPH pada periode januari 2014 sampai februari 2015 di Ruang Melati didapatkan angka kejadian sebanyak 152 kasus dengan diagnosis BPH.

Dari hasil study yang dilakukan penulis di atas, klien dengan post prostatektomy dapat menyebabkan keluhan perubahan rasa nyaman nyeri, cemas dan resiko infeksi.  Sensasi nyeri yang dirasakan klien diakibatkan karena tindakan operasi pada bagian suprapubik. Dengan adanya insisi pada jaringan kulit, sehingga mengakibatkan diskontinuitas jaringan dan merangsang timbulnya stressor nyeri yang bisa mengakibatkan klien mengalami gangguan pada seluruh aktivitas tubuh. Secara umum, klien cenderung  mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur karena menahan rasa nyeri yang timbul setelah efek anestesi mulai berkurang.

Oleh karena itu, memandang permasalahan-permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah yaitu Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. R dengan Post Prostatectomi Suprapubik Benigna Prostat Hiperplasia sebagai kasus kelolaan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel