-->

Ads

Konsep teori Urinasi dan defenisi lengkap

Dalam 6 jam  pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan lahir (Sulistyawati, 2009). Dengan melakukan mobilisasi dini secepatnya, tidak jarang kesulitan miksi dapat diatasi (Mansjoer, 2002)

1)    Definisi Urinasi

Urinasi adalah pengeluaran urine dari kandung kemih melalui uretra. Untuk itu diperlukan koordinasi antara saraf simpatik, parasimpatik, dan somatik, yang dikendalikan oleh pusat otak yang lebih tinggi yang terdiri dari korteks serebri, talamus, hipotalamus, dan batang otak. Urinasi juga bergantung pada fungsi normal dari sistem ginjal.

2)    Perubahan Terkait Kelahiran pada Periode Pascanatal

Menurut Johnson (2004) selama periode pascanatal awal, terjadi diuresis berat. Antara hari kedua dan kelima pascanatal, dalam sehari dapat dihasilkan lebih dari 3000 cc per hari, dengan jumlah urine setiap berkemih berkisar 500 sampai 1000 cc.


Dapat terjadi protenuria akibat autolisis (Abbott et al, 1997). Perubahan-perubahan struktur yang terjadi selama masa kehamilan secara perlahan kembali normal selama periode pascanatal, meskipun pada sebagian wanita hal tersebut dapat berlangsung lebih lama

Ibu harus dapat berkemih dalam 6-8 jam setelah persalinan, namun pada beberapa wanita terjadi keterlambatan sensasi berkemih, risiko ketidakmampuan berkemih baik parsial maupun komplet dapat meningkat pada kejadian :
(1)    Trauma kandung kemih atau uretra
(2)    Penurunan sensasi kandung kemih akibat penggunaan anestesi local, penggunaan kateter atau karena kandung kemih yang terlalu distensi.
(3)    Bentukan hematoma pada saluran genetalia.
Pengosongan kandung kemihyang tidak tuntas dan statis urine dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih

Inkontinensia sters juga dapat terjadi setelah melahirkan akibat kerusakan saraf pudendal di cabang perineum (Abbott et al,1997). Bila hal ini menetap selama periode pascanatal, perlu dilakukan tindakan medis

Menurut Johnson (2004) bagian penting dari peran dan tanggung jawab bidan adalah melakukan pencatatan khususnya bila ibu mengalami kesulitan berkemih (disuria). Pencatatan harus meliputi jumlah urin dan frekuensinya, serta gejala yang mengikuti disuria seperti rasa pedih.

3)    Faktor yang Mempengaruhi Urinasi

(1)    Posisi
Sensitivitas daerah yang mengalami episiotomi atau luka koyak bisa menimbulkan rasa terbakar dan/atau nyeri saat berkemih. Rasa terbakar juga bisa dikurangi dengan berdiri mengangkang di toilet sambil berkemih sehingga aliran langsung turun, tanpa menyentuh tempat-tempat nyeri

(2)    Nyeri luka perineum
Nyeri atau ketakutan terhadap nyeri sering menimbulkan efek inhibisi urinasi. Hal ini biasanya terjadi setelah persalinan dengan trauma perineum. Urine yang pekat dapat meningkatkan nyeri (Johnson, 2004). Nyeri perineum juga dapat menghambat berkemih (Henderson Ch, 2005). Menurut Murkoff H (2007) rasa nyeri di daerah perineal bisa menimbulkan refleks kejang; pada saluran kencing (saluran yang dilewati urine), membuat berkemih menjadi sulit. Edema daerah perineal bisa juga mempengaruhi proses berkemih.
(3)    Perubahan Hormon
Menurut Henderson Ch (2005) diuresis pascapartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respons terhadap penurunan estrogen.
(4)    Mobilisasi Dini
Menurut Manuaba (2009) kelancaran sirkulasi darah akan banyak mengurangi keluhan pada sistem perkemihan. Dengan melakukan mobilisasi dini secepatnya, kesulitan miksi bisa diatasi
(5)    Persalinan
Persalinan dan melahirkan biasanya memberi efek merugikan pada fungsi kandung kemih (Hendersom Ch, 2005). Adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan (Bahiyatun, 2009). Kandung kemih mungkin mengalami trauma atau memar selama proses persalinan karena tekanan yang ditimbulkan oleh fetus dan menjadi lumpuh sementara
(6)    Asupan Cairan
Untuk dapat berfungsi normal, ginjal memerlukan 2000-2500 ml per hari, meskipun Kilpatrick (1997) menyatakan bahwa 1200-1500 ml saja sudah memadai dan bidan harus mendorong asupan cairan secara teratur
(7)    Tonus otot
Lemahnya otot dasar panggul, misalnya setelah persalinan pervaginam, pemasangan kateter menetap atau konstipasi yang terlalu lama dapat mempengaruhi urinasi. Dilakukannya latihan otot dasar panggul secara teratur agar volume otot meningkat. Hal ini meningkatkan tekanan maksimal penutupan uretra, meningkatkan kontraksi refleks yang lebih kuat yang diikuti dengan peningkatan tekanan intra abdominal

(8)    Anastesi
Jika ibu menjalani anastesi epidural atau spinal, prosedur ini dapat berefek pada sensor neurologis yang mengendalikan urine dan alirannya (Diane M, 2009). Obat atau anastesi bisa mengurangi kepekaan kandung kemih atau kewaspadaan ibu memahami sinyal tersebut

4)    Prinsip Meningkatkan Urinasi

Menurut Johnson (2004) pengosongan kandung kemih memperkecil risiko timbulnya masalah seperti perdarahan akibat perubahan tempat uterus atau infeksi. Pengetahuan tentang keseimbangan cairan merupakan aspek integral dari penatalaksanaan eliminasi. Hal ini dapat menjadi hal yang penting bagi sebagian wanita, misalnya wanita yang akan menjalani operasi. Stress akibat pembedahan dapat menyebabkan oliguri; yang ditambah dengan penggunaan anestesi dan obat-obat narkotik, yang menurunkan laju filtrasi glomerulus dan menghambat transmisi impuls saraf. Pembedahan abdomen bagian bawah dan struktur panggul dapat menyebabkan edema dan inflamasi, yang membendung saluran ginjal.

Jika ibu nifas tidak berkemih dalam delapan jam atau lebih, dapat dilakukan pemasangan kateter (selang dimasukkan dalam saluran kencing) untuk mengosongkan kandung kemih dari air kencing. Hal itu mungkin bisa menghindari ini dengan hal-hal berikut :
(1)    Memastikan agar minum banyak cairan – yang masuk biasanya akan keluar.
(2)    Jalan-jalan. Bangun dari ranjang dan berjalan-berjalan perlahan segera setelah persalinan akan membantu kandung kemih (dan perut anda) bergerak.
(3)    Jika ibu nifas nyaman dengan adanya penonton, perawat bisa menunggu diluar kamar mandi saat berkemih. Dia bisa kembali masuk saat sudah selesai, untuk menunjukkan cara menjaga kebersihan perineal.
(4)    Jika ibu nifas terlalu lemah untuk berjalan ke kamar mandi dan harus memakai pispot, sebaiknya meminta privasi, pastikan perawat sudah menghangatkannya (jika terbuat dari logam), memberi air hangat untuk disiramkan ke daerah perineal (yang mungkin akan merangsang keinginan untuk kencing). Akan sangat membantu ibu nifas untuk duduk di atasnya, bukan berbaring.
(5)    Menghangatkan area perineal dengan sitz bath atau dinginkan dengan kantong es, sesuaikan dengan kebutuhan ibu nifas.
(6)    Membuka kran air saat ibu berusaha kencing. Air mengalir bisa memicu keinginan ibu nifas untuk buang air kecil.

5)    Peran dan Tanggung Jawab Bidan

Menurut Johnson (2004) secara ringkas peran dan tanggung jawab bidan adalah sebagai berikut :
(1)    Menggunakan keterampilan yang meningkatkan urinasi
(2)     Mengajarkan pada ibu terutama rentang perubahan fisiologis yang mungkin terjadi
(3)     Mengenali dan menatalaksanaan penyimpangan dari normal
(4)     Melakukan rujukan bila perlu
(5)     Melakukan pendokumentasian bila perlu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel