-->

Ads

Perubahan Fisilogis pada Masa Nifas



1.      Perubahan Fisik

a.       Perubahan Sistem Reproduksi
1)      Uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus , vagina, ligamen uterus dan otot dasar panggul juga kembali keadaan sebelum hamil. Selama proses involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lokea yang diganti dengan endometrium baru. Setelah kelahiran bayi dan plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah yang menuju uterus berhenti dan ini disebut iskemia.
Lapisan desidua yang dilepaskan dari dinding uterus disebut lokea. Endometrium baru tumbuh dan terbentuk selama 10 hari post partum dan menjadi sempurna sekitar 6 minggu. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uterus (TFU). Pada hari pertama, TFU diatas symfisis pubis atau sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke- 7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke- 10 TFU tidak teraba di symfisis pubis
Tabel 2.1 Tinggi Fundus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat symphisis
Tidak teraba
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Mochtar, 1998)


2)      Pengeluaran Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnnya :
a)      Lochea rubra
Bewarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidu verniks keseosa, lanugo dan lemak bayi. Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 post partum.
b)      Lochea sanguilenta
Warna merah kecoklatan berisi darah lender pada hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c)      Lochea serosa
Warna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7-14 post partum.
d)     Lochea alba
Warna cairan putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba dapat berlangsung setelah 2 minggu post partum.
e)      Lochea purelenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
(Sulistyawati, 2009)
3)      Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dan warna merah kehitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah beberapa hari setelah persalinan, oatium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1jari (Marmi, 2012).
4)      Vagina dan perineum
Keadaan distensi yang tinggi dinding vagina yang lembut secara bertahap akan kembali keadaan sebelum hamil dalam 6-8 minggu post partum. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia lebih menonjol. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu (Marmi, 2012).
5)      Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatnya kolesterol darah, dan melambatnya kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan 3-4 hari untuk kembali normal. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap untuk makan pada waktu 1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet ringan. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defeksasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu dalam minggu pertama (Marmi, 2012).
6)      Perubahan sistem perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah melahirkan diakibatkan penurunan fungsi ginjal. Menurut Cuningham, dkk (1993) fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan dan diperlukan kira-kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita dilatasi traktus urunarius bisa menetap selama tiga bulan (Marmi, 2012).         
7)      Perubahan sistem muskuloskeletal
Abdomen sering menjadi sangat lunak dan lemah parahnya diastasis tergantung pada :
a)      Kondisi keadaan umum ibu dan tonus ototnya.
b)      Senam nifas yang dilakukan setiap kali setelah melahirkan.
c)      Kehamilan kembar.
Otot-otot abdomen yang mengalami pengendoran selama kehilangan secara bertahap akan kembali pada akhir masa nifas senam nifas perlu dianjurkan untuk memulihkan keadaan ini (Marmi, 2012).
8)      Perubahan sistem endokrin
a)      Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri (Marmi, 2012).
b)      Hormon esterogen
Terjadi penurunan kadar esterogen yang bermakna setelah persalinan sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae dan mengahsilkan ASI (Jannah, 2011). Kadar erterogen yang mengalami penurunan secara bermakna memiliki efek supresi aktivitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang berperan suasana hati dan depresi (Suhermi, dkk, 2009)
c)      Prolaktin
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi (Jannah, 2011).

9)      Perubahan tanda-tanda vital
1)      Suhu tubuh
24 jam pertama akan meningkat menjadi 380C akibat dari efek dehidrasi persalinan. Bila peningkatan suhu > 380C pada hari ke 2-10 waspadai febris puerpularis infeksi traktus urinarius, endometritis mastitis.
2)      Nadi
Biasanya normal bila denyut nadi > 100x/menit disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum.
3)      Pernafasan
Pernafasan post partum normal sama dengan selama melahirkan.
4)      Tekanan darah
Tekanan darah sedikit mengalami perubahan, dapat terjadi hipotensi orthostatic yang ditandai dengan adanya perasaan pusing secara setelah berdiri terjadi 48 jam pertama.
2.      Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis menurut Rubin mencakup beberapa fase maternal yang terbagi menjadi :
1.      Fase penangkapan terjadi pada 1-2 hari post partum. Reaksi verbal terhadap kebutuhan makanan dan tidur, sebagai contoh : “Saya merasa capek, lelah dan lapar.” Mengenang kembali melahirkan, adanya perilaku positif dan ketergantungan.
2.      Fase penguasaan terjadi pada 3-10 hari postpartum. Pada fase ini terjadilah ketergantungan dan kemandirian, memperluas pemusatan untuk memperluas aktivitas berikutnya, mandiri dalam aktifitas perawatan diri dan bayinya.
3.      Fase melahirkan adalah pengambilan tanggung jawab baru melalui peningkatan kemandirian dalam merawat diri dan bayinya, pengakuan terhadap bayi, menyesuaikan terhadap hadirnya bayi. Reaksi kejiwaan ibu setelah melahirkan ditentukan oleh temperamennya. Bila ibu bertemperamen gembira, dan cukup cerdas biasanya menjadi ibu yang cukup sukses. Pada ibu yang selalu murung dan banyakberkhayal dalam upaya sebagai seorang ibu. Reaksi yang bagaimanapun terjadi, yang penting adanya penyesuaian. Untuk mengadakan penyesuaian kemungkinan ibu-ibu dapat meminta bantuan. Disinilah peran bidan yang professional sangat diperlukan.
Sedangkan masa transisi pada post partum yang harus di perhatikan adalah :
1.      Fase honeymoon
ialah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal romantic. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan baru.
2.      Bonding dan attachment (ikatan kasih)
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana hal tersebit dapat terlaksana, partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan tersebut.

Fase pada masa nifas meliputi :
1.      Fase Taking in
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya mungkin masih tergantung berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan. Dalam fase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
2.    Fase Taking Hold
Ibu berusaha mandiri dan beinisiatif, perhatian terhadap kemampuan mengatasi timbulnya masalah misalnya kelancaran buang air besar dan kecil, melakukan berbagai aktifitas, duduk, jalan, ingin belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan bayinya, timbul rasa kurang percaya diri, sehingga mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan, fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel