Patofisiologi terjadinya sindroma kardiorenal (CRS)
8:32 AM
Edit
Patofisiologi terjadinya sindroma kardiorenal (CRS)
Patofisiologi terjadinya CRS belum dapat diterangkan dengan jelas. Beberapa literatur membahas mengenai terjadinya penurunan curah jantung (cardiac ouput =COP) diakibatkan oleh penurunan ejection fraction yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal.20,21 Menurut Shlipak dkk (2004) berdasarkan review literatur dilaporkan 37% hingga 55% penderita yang mengalami perburukan fungsi ginjal mempunyai ejection fraction ≥ 40%. Penurunan COP juga tidak dapat dijadikan penyebab utama sebab sebagian besar pasien tekanan darahnya normal, bahkan 39% pasien memiliki tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg.28Berbagai faktor-faktor independen lain misalnya nitric oxide, prostaglandin, natriuretic peptides atau endothelin berperan baik terhadap organ jantung maupun ginjal.
Baca Juga
![]() |
Interaksi antar organ jantung dan ginjal |
Gambar 4. Interaksi antar organ jantung dan ginja
Menurut Bongartz dkk,2004, berdasarkan teori Guyton , tubuh manusia dapat melakukan regulasi terhadap sistim hemodinamik, konsentasi natrium dan volume cairan tubuh, melalui keseimbangan neurohormonal yang disebut sebagai regulasi tubuh total (Total body Autoregulation).
Pada keadaan normal regulasi hemodinamik dilakukan oleh jantung sedang regulasi cairan tubuh dan elektrolit dilakukan oleh ginjal. Kedua sistim ini saling membantu dalam autoregulasi tekanan darah. Bila oleh suatu sebab curah jantung meningkat/menurun maka volume cairan tubuh akan meningkat/menurun. Peningkatan/penurunan volume cairan tubuh akan merangsang baroreceptor yang selanjutnya melalui suatu sistim neurohurmonal dapat merangsang ginjal untuk mengeluarkan atau menahan cairan dan natrium , serta akan merangsang pembuluh darah untuk melakukan vasodilatasi/vasokonstriksi. Melalui mekanisme regulasi semacam ini tekanan darah dan volume cairan tubuh serta sistim hemodinamik dipertahankan dalam batas normal.
Pada sindroma kardiorenal (CRS) : Pompa jantung menjadi lemah (pump failure) dan stroke volume menurun, akibatnya terjadi kelebihan cairan dalam pembuluh darah (volume overload). Bila fungsi ginjal masih baik maka ginjal akan membantu dengan meningkatkan diuresis dan ekskresi natrium. Tetapi pada kondisi klinik ini telah terjadi juga gangguan fungsi ginjal sehingga mekanisme normal tidak berjalan sebagai mana mestinya. Akibat proses inflamasi, atherosklerosis atau mikroangiopati terjadi gangguan keseimbangan neurohormonal dengan akibat gangguan ekskresi cairan dan elektrolit dengan konsekuensi volume cairan tubuh bertambah. Inilah yang disebut CRS yaitu kondisi klinik pasien dengan sesak nafas yang bertambah berat dan resisten terhadap pengobatan diuretic.