-->

Ads

Pengaruh Penggunaan Jangka Panjang Akar Mambu (Connarus Grandis Jack.) terhadap Ginjal

Kebanyakan obat herbal bersifat toksis bila digunakan dalam jumlah yang besar atau bersama dengan obat lain. Efek toksis tersebut-bermacam-macam, mulai dari alergi, sampai pada gangguan kardiovaskuler, gangguan hati, ginjal, saraf atau atau gangguan kulit (Palmar, 2005).  Secara umum, obat tradisional dapat dikategorikan sebagai: obat yang efektif dan relatif aman untuk mengobati penyakit tertentu; efektif tapi dengan beberapa efek yang tidak diinginkan yang telah dikenal; atau efektivitasnya tidak jelas tapi relative aman; efectivitas  dan keamannya tak jelas atau dipertanyakan; atau  tidak efektif dan punya efek yang membahayakan (Geylord et al., 2004).  

Efek yang tidak diinginkan dari suatu obat tradisional sulit diidentifikasi.  Pertama, karena tidak ada informasi tentang efek yang merugikan itu. Kedua,    pasien yang telah menggunakan obat alternative itu gagal melaporkan kejadian atau gejala akibat pemakaian obat itu adalah sebagai bagian dari efek yang merugikan. (Blendon, DesRoches, Benson, Brodie, & Altman, 2001).  Ketiga,  banyak ahli tidak setuju bahwa efek yang merugikan itu benar-benar terjadi akibat obat tradisional.  Keempat,  walaupun FDA telah melembagakan Center for Food Safety and Applied Nutrition (CFSAN) pada bulan July, 2003, yang disebut CFSAN Adverse Event Reporting System (CAERS), akan tetapi belum ada organisasi di berbagai Negara yang akan melaporkan efek yang merugikan dari obat tradisional (FDA, 2003a).

Penelitian ini adalah salah satu media untuk melaporkan manfaat ataupun efek-efek yang merugikan dari obat herbal, terutama yang terdapat dan dapat dimanfaatkan di Indonesia.  Khasiat anti-hipertensi (Armenia, et al., 2007; Armenia, et al., 2008; Yori et al., 2007) ekstrak etanol tanaman Connarus grandis sudah dilaporkan.  Ia mempunyai toksisitas ringan (Armenia, 1990). Pemakaian lama pada mencit menimbulkan perubahan pada rasio organ hati dan ginjal (Armenia, 2007). Akan tetapi belum ada laporan tentang pengaruh ekstrak tanaman ini terhadap fungsi ginjal sehingga perlu dilakukan penelitian. 

Pada penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas subkronis terhadap fungsi ginjal dengan parameter yang diamati adalah klirens kreatinin, kadar natrium serum,  konsumsi air minum, dan berat badan (12,13).

Materi dan Metoda

Hewan berupa tikus (Kyoto) dikelompokkan menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 12 ekor, masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menjadi 4 sub-kelompok.   Kelompok I sebagai kontrol hanya diberi suspensi Na CMC 0,5 %, kelompok II dan III adalah tikus yang diberi ekstrak etanol C. grandis secara oral dengan dosis masing-masing 20 dan 80 mg/kg BB masing-masing satu kali sehari selama 3, 7, 14 dan 30 hari. Konsumsi air minum 24 jam, volume urin 24 jam dan berat badan ditentukan. Satu hari setelah masing-masing perlakuan, hewan 2 ml.  Darah hewan disentrifus selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm untuk mendapatkan serum. Serum ini dipisahkan untuk penentuan kadar kreatinin (Spektrofotometer pada panjang gelombang 492 nm)  dan Na+ (Flame-Fotometer). Dari data hasil pemeriksaan kadar kreatinin urin, plasma dan volume urin kemudian ditentukan bersihan kreatinin.  Dengan membandingkan data  bersihan kreatinin tikus perlakuan dengan tikus control, dihitung fungsi ginjal tikus perlakuan (17, 18, 19)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel