-->

Ads

Kemukjizatan AlQur`an dari segi Bahasa dan Sejarah

Kemukjizatan AlQur`an dari segi Bahasa dan Sejarah


Para ahli bahasa Arab telah menekuni  ilmu bahasa ini dengan segala variasinya sejak bahasa itu tumbuh sampai remaja dan mekar dan menjadi raksasa perkasa yang tegar dalam masa kemudaannya.  Meskipun bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi di hadapan Qur’an, dengan kemukjizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-pecahan kecil yang tunduk menghormat dan takut pada uslub Qur’an. Sejarah bahasa Arab tidak pernah mengenal suatu masa dimana bahasa berkembang sedemikian pesatnya melainkan tokoh-tokoh dan guru-gurunya bertekuk lutut di hadapan bayan qur’ani, sebagai  manifestasi pengakuan akan ketinggiannya dan mengenali misteri-misterinya.

Sejarah menyaksikan ahli-ahli bahasa telah terjun ke dalam festival bahasa dan mereka memperoleh kemenangan. Tetapi tidak seorang pun  diantara mereka yang berani memplokamirkan dirinya menantang Qur’an, melainkan ia hanya mendapat kehinaan dan kekalahan. Bahkan sejarah mencatat, kelemahan bahasa ini terjadi justru pada masa kejayaan  dan kemajuan ketika Qur’an dirutunkan. Saat itu bahasa Arab telah mencapai puncaknya dan memiliki unsur-unsur kesempurnaan dan kehalusan di lembaga-lembaga dan pasar bahasa. Dan Al-Qur’an berdiri tegak  di hadapan para ahli bahasa debgan sikap menantang, dengan berbagai bentuk tantangan. Namun demikian, tak seorang pun  orang-orang yang sombong, tinggi hati dan pantang di kalahkan. Seandainya mereka punya kemampuan untuk meniru sedikit saja daripadanya atau mendapatkan celah-celah kelemahan di dalamnya, tentu mereka tidak akan repot-re[pot menghunus pedang dalam menghadapi tantangan tersebut, sesudah kemampuan retorika mereka lemah dan pena mereka pecah.
Dari segi kebahasaan dan kesastraannya Al-Qur`an mempunyai gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan huruf dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam.

Kalimat-kalimat dalam Al-Qur`an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang digambarkannya.


Kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat dari balgoh dan fasohahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif antara Allah dan umat.

Kemukjizatan itu pun dapat di temukan dalam lafaz-lafaz yang memenuhi hak setiap makna pada tempatnya. Tidak satupun di antara lafaz-lafaz itu yang dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada seseorang peneliti terhadap suatu tempat (dalam Qur’an) menyatakan bahwa pada tempat itu perlu ditambahkan sesuatu lafaz karena ada kekurangan. Kemukjizatan didapatkan pula dalam macam-macam khitab dimana berbagai golongan manusia yang berbeda tingkat intelektualitas

dapat memahami khitab itu sesuai akalnya, sehingga masing-masing dari mereka memandangnya cocok dengan tingkatan akalnya dan sesuai dengan keperluannya, baik mereka orang awam  maupun kalangan ahli. Tertulis dalam surat al-Qamar [54]: 17 :

Dan sesungguhnya Kami telah memudahkan Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Demikian pula kemukjizatan ditemukan dalam sifatnya yang dapat memuaskan akal dan menyenangkan perasaan. Qur’an dapat memenuhi kebutuhan jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan, secara sama dan berimbang. Kekuatan pikir tidak akan menindas kekuatan rasa dan juga sebaliknya. Betapa menakjubkan rangkaian Qur’an dan betapa indah susunannya. Tak ada kontradiksi dan perbedaan didalamnya, padahal ia membeberkan banyak segi yang dicakupnya, seperti kisah dan nasehat, argumentasi, hikmah dan hukum, tuntutan dan peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan berita duka, serta akhlak mulia, budi pekerti dan lain sebagainya. Sementara itu kita juga dapatkan kalam pujangga pentolan, penyair ulung dan orator agitator akan berbeda-beda dan berlainan sesuai dengan perbedaan hal tersebut. Diantara penyair ada yang pandai memuji tapi tidak pandai mencaci. Ada yang unggul dalam kelalaian tetapi tidak pandai dalam peringatan dll. Oleh karena itu di jadikanlah Ulumul Qais sebagai contoh dalam mengancam dan zuhair dalam membujuk. Dan yang demikian ini pun akan berbeda-beda pula dalam hal pidato, surat menyurat dan jenis-jenis kalam lainnya.

Setelah merenungkan sistem jalinan dan susunan Qur’an, kita akan mendapatkan bahwa aspek dan segi yang ditangani dan dikandungnya, sebagaimana telah kita sebutkan, berada dalam satu batas keindahan sistem dan keelokan susunan dan pemerian, tanpa perbedaan dan penurunan dari tingkat yang tinggi. Dan dengan demikian kita yakin, Qur’an adalah sesuatu hal diluar kemampuan manusia.

Selain itu keseimbangan redaksi Al-Qur`an telah membuat takjub para pemerhati bahasa, baik keseimbangan dalam jumlah bilangan kata dengan antonimnya, jumlah bilangan kata dengan sinonimnya, jumlah kata dengan penyebabnya, jumlah kata dengan akibatnya, maupun keseimbangan-keseimbangan yang lain(khusus).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel