-->

Ads

Islam ditengah Narasi Besar

Islam ditengah Narasi Besar 

Dalam hiruk-pikuknya kehidupan kontemporer dewasa ini, tantangan terbesar kehidupan beragama Islam termasuk pendidikan Islam adalah bagaimana melampaui pemikiran dikotomi di atas (yang saya sebut pada Bagian Pendahuluan)? Sebagian cendekiawan muslim menyarankan agar dunia Islam melakukan revitalisasi pendidikan Islam yang meliputi konsep ilmu dan pendidikan dalam Islam sebagai suatu konsep terbuka yang dapat didekati dengan metode ilmiah. Namun sebagian pemangku spiritual dengan serta merta menolaknya. Solusi yang ditawarkan oleh sebagian cendekiawan itu disebutnya hanya pemikiran dari orang luar atau orang awam saja yang tidak atau belum mengerti akidah tauhid dan syariat. 

Persoalan kemudian muncul setelah fase pencapaian hakikat. Sebagaimana hukumnya dalam interaksi sosial antar individu atau golongan, maka fase motif atau kepentingan adalah fase setelah hakikat. Seperti halnya juga terjadi pada sejarahnya pemikiran Islam pada ilmu-ilmu Kalam, maka motif , kepentingan,  bahkan politik dapat mempengaruhi pemikiran ontologisnya. Esensi dari perbedaan tersebut adalah adanya kriteria yang berbeda diantara satu dengan yang lainnya sebagai nilai kebenaran relative menuju kebenaran absolut. 

Persoalan muncul jika kriteria yang berbeda ingin dipaksakan untuk mengukur (bahkan jika dengan metode ilmiahpun) keadaan golongan atau masyarakat lainnya, misalnya kriteria Barat digunakan untuk mengukur dunia Timur, atau kriteria ilmiah untuk mengukur irrasionalitasnya spiritual, atau kriteria umum (orang awam/luar) digunakan untuk mengukur yang khusus (dalam).

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel