Dunia Islam dalam Bayang-bayang Kedigdayaan Sang Power Now
10:39 AM
Edit
Dunia Islam dalam Bayang-bayang Kedigdayaan Sang Power Now
Masih belum tuntas mencermati binatang apakah Positivisme itu, di luar kesadaran komunitas spiritual, dia telah menjelma menjadi sang Power Now atau Post Modern atau Post Post Modern yang menguasai segala aspek dan sendi kehidupan komtemporer dengan 4 ujung tombak: Kapitalisme, Pragmatisme, Utiltarianisme dan Hedonisme. Dibanding Positivisme awal, maka Power Now menampilkan sosok struktur dunia yang lebih lengkap, lebih canggih, dan lebih mampu merangkum semua persoalan dunia,Di dalam struktur dunia nya Power Now, spiritualitas dipinggirkan dan ditempatkan tidak boleh melampaui fase Tradisional. Itulah sebabnya mengapa pada jaman sekarang (kontemporer) lebih banyak fenomena bermoduskan non-agamis. Agama dipandang tidak mampu memecahkan persoalan-persoalan teknis dan pragmatis dari kehidupan kontemporer. Interaksi antara dunia spiritualitas dengan dunia Power Now dirasakan sangat tidak imbang. Toynbee sendiri, seorang penulis dari dunia kontemporer, menyatakan bahwa dalam kehidupan komtemporer sekarang ini hanya ada 2 pilihan kontradiktif yang tak terhindarkan bagi umat manusia, yaitu, pertama, menjadi “hantu” atau kedua, menjadi “robot”.
Baca Juga
perkuliahan anda selalu dibuka dengan doa dan ditutup dengan doa pula?
Penulis: Lho mengapa anda bertanya hal demikian? Apakah anda tidak percaya kepada Tuhan?
Mr. X: Bukannya saya tidak percaya. Cuma belum. Saya belum percaya kepada Tuhan.
Penulis: Kenapa anda belum percaya kepada Tuhan?
Mr. X: Saya belum percaya kepada Tuhan karena saya tidak mengerti?
Mr. X: Bagiku, pikiran adalah segalanya. Pikiranku adalah awal dari segala tindakan dan aktivitasku. Pikiranku juga awal dari keyakinanku. Maka aku hanya bertindak jika aku
telah mengetahuinya.
Penulis: O..kalau begitu mengapa engkau datang ke Kota ku? Mengapa pula engkau datang menemuiku? Mengapa pula engkau mengikuti perkuliahanku?
Mr. X: Karena ada MOU dan ada undangan untuk saya agar saya datang ke sini.
Penulis: Apakah engkau mengerti seluk beluk Kota ini?
Mr. X: O…aku tidak mengerti.
Penulis: Kanapa engkau datang ke Kota ini? Sementara engkau tidak mengerti?
Mr. X: O…aku tidak tahu.
Penulis: Jadi engkau tidak tahu kemana engkau pergi?
Mr. X: O.aku tahu. O..aku tidak tahu. O..aku tahu..O I am sorry I have made you feel
inconvenience.
Dalam kehidupan kontemporer, kedigdayaan sang Power Now sudah jelas mengandung arti tersingkir dan melemahnya peran dunia Islam dalam percaturan memperebutkan paradigma dunia. Dikarenakan melemahnya kedudukan dunia Islam baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan maka sesuai dengan hukum kodratnya, kedudukan yang diperoleh berkarakter sub-ordinat yaitu: lebih banyak ditentukan dari pada menentukan, lebih banyak dirugikan dari pada diuntungkan, lebih banyak diwarnai dari pada mewarnai, lebih banyak disalahkan dari pada menyalahkan, lebih banyak menjadi obyek dari pada subyek, lebih banyak tercerai berai dari pada holistic dan komprehensif, lebih banyak dipermalukan dari pada dihargai, lebih banyak dicurigai dari pada dipercaya. Kedudukan seperti itu juga membawa akibat: lebih sedikit mendapatkan akses, lebih sedikit mendapatkan hak, lebih sedikit memperoleh kesempatan dan lebih sedikit inisiatif.
Lemahnya bargaining position dunia Islam dalam kehidupan kontemporer dikarenakan dunia Islam kurang mampu mengembangkan metodologi yang kreatif, fleksibel, objektif, terukur dan saintifik. Hal demikian dikarenakan dunia Islam belum mampu mengatasi atau melampaui terkategorisasinya pemikiran dilematis sejak awal tradisi pemikirannya. Pil pahit harus ditelan oleh dunia Islam untuk menyaksikan bahwa urusan habluminanash lebih banyak ditentukan dan diurusi oleh kaum bukan Islam. Pil pahit-pil pahit yang lain berurutan juga harus siap ditelan untuk terpaksa dan tak berdaya mendengarkan tausiah sang digdaya Power Now bahwa “kehidupan sekarang ini tidak lagi memiliki cakrawala spiritualitas” Gerakan kebangkitan Islam pada pertengahan abad ini telah gagal menegakan dan menunjukan substansi dan jati dirinya dikarenakan kehilangan jati dirinya dan bergantung pada dunia eksternal dengan ketidakmampuan untuk membuat atau melakukan anti tesis dan sintesis-sintesis. Pil pahit berikutnya adalah kesaksian yang harus diberikan oleh dunia Islam yang membiarkan para prajurit sang Power Now untuk memutus dan memotong akar-akar tradisional yang merupakan ibu dari peradaban yang melahirkan pemikiran Islam, kemudian dengan seenaknya menterjemahkan dan membelokkan makna sejarah sesuai dengan kepentingannya. Elegi berikut menggambarkan bagaimana angkuh dan sombongnya sang Power Now menikmati kemenangan atas kaum Tribal dan Tradisional termasuk kaum Spiritualis.