-->

Ads

Periode Da’wah di Makah

Periode Da’wah di Makah


Dengan pengamatan yang jernih, akan didapatkan bahwa Rasulullah SAW telah menjalankan da’wah di kota Makkah melalui dua tahapan berturut-turut.

Pertama, Tahapan Pembinaan (Marhalah Tatsqiif)

Tahapan ini adalah tahap pembinaan dan pengkaderan, yakni pembinaan pemikiran dan ruh. Da’wah Rasulullah pada tahap ini dilakukan secara sirriyah (rahasia) dalam waktu tiga tahun. Saat itu da’wah belum dilakukan secara terbuka di depan umum, melainkan melalui individu-individu dari rumah ke rumah. Mereka yang menerima da’wah Islam segera dikumpulkan di rumah seorang sahabat bernama Arqom, sehingga rumah tersebut dikenal sebagai Darul Arqom (rumah Arqom). Disanalah mereka dibina dan dikader dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. Beberapa dari mereka diutus untuk mengajarkan Islam kepada yang lain, diantaranya Khabbab bin Arts yang mengajarkan Al-Quran kepada Fatimah binti Khaththab bersama suaminya. Semakin hari semakin bertambah jumlah mereka hingga mencapai empat puluh orang dalam waktu tiga tahun. Selama itu, Darul Arqom senantiasa menjadi pusat pembinaan dan pengkaderan para sahabat pengemban da’wah, dimana mereka berkumpul untuk mendengarkan dan menghayati ayat-ayat Al-Quran beserta penjelasan dari Rasulullah SAW.

Dengan demikian apabila Rasulullah SAW menyampaikan da’wah pada tahap ini secara diam-diam, hal tersebut bukan berarti beliau takut melaksanakan secara terang-terangan, melainkan itulah yang dituntut untuk dilaksanakan. Ketika turun ayat 1 dan 2 surat Al-Mudatsir:


يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ(1) قُمْ فَأَنذِرْ(2)
“Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan”

Kedua, Tahapan Interaksi  (Marhalah Tafa’ul wa Kiffah)


Marhalah ini merupakan bentuk dari da’wah zhahriyah, karena Rasul dan para sahabatnya melakukan da’wah secara terbuka kepada seluruh masyarakat jazirah Arab. Tahapan ini penuh dengan rintangan dan perjuangan setelah Rasulullah dan para sahabatnya mendapat perintah dari Allah SWT, sebagaimana ayat:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”  (QS. Al-Hijr: 94)

فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ(213)وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ(214)وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ(215)
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkan dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang beriman” (QS. As-Syu’araa: 213-215)

Da’wah pada marhalah ini segera mendapatkan reaksi keras dari kaum musyrikin. Siksaan dan penganiayaan datang bertubi-tubi. Pengikut Muhammad SAW mulai diuji keimanannya, sampai sejauh mana kualitas iman mereka setelah tiga tahun mendapat pembinaan di Darul Arqom.

Da’wah Rasulullah SAW pada marhalah ini merupakan suatu pertarungan pemikiran antara alam pemikiran jahiliyah dengan alam pemikiran Islam, antara adat-istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang dengan Islam. Hal ini terlihat dari ayat-ayat Makkiyah yang pada umumnya mengajak mereka untuk meninggalkan adat istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang mereka, seperti yang tercantum dalam surat Al-Zukhruf 21-24.

Pada tahapan ini terjadi perjanjian Bai’atul Aqobah I dan II yang dilakukan oleh 12 dan 75 orang dari Madinah. Rasulullah SAW juga memilih 12 orang pemuka diantara mereka untuk menyampaikan Islam kepada kabilah-kabilahnya masing-masing.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel