-->

Ads

Da’wah Membutuhkan Keberanian

Da’wah Membutuhkan Keberanian

Apabila kita kembali kepada Al-Quran dan sunnah terutama sejarah kehidupan Rasulullah SAW, maka jelaslah bahwa untuk mengemban da’wah Islamiyah dibutuhkan adanya keterusterangan (tidak menyembunyikan atau menutup-nutupi kebenaran), keberanian, daya usaha, dan kekuatan pemikiran. Keterusterangan itu tampak dari sikap Rasulullah SAW. Dalam setiap kata yang diucapkan dan kejelasan setiap pemikirannya, ketika beliau mengajak kepada manusia serta menyerukan agar berkumpul dihadapannya. Hal itu nampak dalam ucapan beliau di hadapan kaumnya dan penduduk Makkah:

“Sesungguhnya seorang pemimpin tidak akan mendustakan kaumnya. Demi Allah, bahkan andaikan aku berdusta kepada segenap manusia, seluruhnya, maka tidak akan berdusta kepada kalian. Juga andaikan aku menipu manusia seluruhnya, maka tidak mungkin aku menipu kalian. Demi Allah yang tidak mungkin aku menipu kalian. Demi Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian khususnya dan kepada manusia seluruhnya. Demi Allah kamu akan mati sebagaimana kamu tidur dan kamu bangun dari tidur dan dihisab atas segala apa yang kamu kerjakan sehingga kamu akan dibalas dengan kebaikan atas amal baikmu dan dengan keburukan atas amal buruknya. Adapun balasan itu berupa surga yang kekal atau neraka yang langgeng.” (Sirah Al-Halabiyah)


Adapun kebenaran Rasulullah SAW. Yang paling menonjol dalam menyampaikan da’wah secara terang-terangan, tampak sekali, antara lain pada saat beliau masih seorang diri, tidak ada penolong (kecuali Allah SWT). Pendukung atau pembelanya dan tidak ada harta dan senjata, melainkan hanya keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Juga bekal beliau lainnya adalah keyakinan yang bulat terhadap adanya pertolongan Allah SWT.

Pernah suatu ketika Abu Jahal datang melarang beliau shalat di dekat Ka’bah, tetapi beliau tidak memperdulikannya, bahkan kembali mengulang shalatnya. Saat itu Abu Jahal mengancam hendak menginjak leher beliau, ketika beliau sedang sujud. Namun tidak ada seorang pun diantara mereka, baik Abu Jahal maupun pemimpin-pemimpin Makkah lainnya, yang dapat menghentikan perbuatan Rasulullah SAW. Untuk shalat di Ka’bah, walaupun mereka semua mengancam dengan maksud untuk mencegah beliau shalat dan ini mereka lakukan kapan saja mereka kehendaki. Namun, Rasulullah SAW tetap melakukan shalat di Ka’bah.
Demikianlah, dengan keberanian yang tinggi seperti ini, Rasulullah SAW menghadapi makar para pemimpin Quraisy yang paling terpandang sekalipun. Beliau menghadapi mereka di berbagai kesempatan, sampai-sampai pada suatu hari beliau pernah berkata ketika mereka berusaha mengancam, menghalangi, dan menyakiti beliau, ketika Rasulullah SAW yang melaksanakan thawaf :

“Apakah kalian mau mendengarkan apa yang akan kusampaikan, wahai kaum Quraisy? Demi nyawaku yang berada di tangan Allah, aku ingatkan kalian bahwa suatu ketika nanti aku akan membunuh kalian.”
(Sirah Ibnu Hisyam)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel