Sistem Reproduksi Manusia Lengkap
9:13 AM
Edit
Sistem Reproduksi Manusia
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak atau melakukan reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu sistem dalam tubuh, yaitu sistem reproduksi.Sistem reproduksi melibatkan organ-organ reproduksi.Tujuan utama makhluk hidup melakukan reproduksi adalah untuk melestarikan jenisnya agar tidak punah. (Aryulia, 2004, h. 285)1. Sistem reproduksi wanita
Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi dan oogenesis, fertilisasi, kehamilan dan persalinan.Organ reproduksi atau organ kelamin wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Kedua organ reproduksi tersebut tidak terpisah satu dengan yang lainnya, namun saling berhubungan. (widayati& dkk, 2006, h. 297)- a. Organ reproduksi dalam
1. Oviduk
Oviduk (Tuba falopii) membentang dari uterus ke arah masing-masing ovarium.Dimensi saluran ini b erbeda-beda dari ujung ke ujung, dengan diameter bagian dalam di dekat uterus yang sekecil rambut manusia.Saat ovulasi, sel telur dilepaskan ke dalam rongga abdominal di dekat bukaan oviduk yang mirip corong.Silia pada lapisan epitel saluran tersebut membantu mengumpulkan sel telur dengan menarik cairan dari rongga tubuh ke dalam oviduk.Bersama kontraksi-kontraksi oviduk yang bergerak bagaikan ombak, silia mengangkut sel telur melalui saluran menuju ke uterus. (Campbell, 2010, h. 171)2. Uterus
Uterus atau Rahim (kantung peranakan) merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks atau leher Rahim.Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi.Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium.Lapisan endometrium atau dinding Rahim tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus.Lapisan endometrium menghasilkan banyak lender dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi. Kelanjutan saluran reproduksi seseudah uterus dan serviks adalah vagina.3. Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita.Vagina bermuara pada vulva.Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan begian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot, dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat.Selaput berlendir (membrane mukosa) menghasilkan lender pada saat terjadi rangsangan seksual.Lender tersebut dihasilkan oleh kelenjar bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
b. Organ reproduksi luar
Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.Vulva merupakan celah paling luar dari organ kelamin wanita.Vulva terdiri dari mons pubis.Mons pubis atau mons veneris merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang vanyak mengandung jaringan lemak.Pada masa pubertas daerag ini mulai ditumbuhi oleh rambut.Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor atau bibir besar yang berjumlah sepasang.Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor atau bibir kecil yang juga berjumlah sepasang.Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitorisKlitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis pada pria, namun klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (Saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina).Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara.Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.
c. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur enam bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada saat oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas.Oosit primer tersebut berada pada keadaan istirahat (dorman).Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer.Ssat mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya. Saat memasuki pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya, sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II. Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi
Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk, meiosis II pada saat oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua.Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang aka tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur.Folikel telur atau disingkat folikel merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum.Folikel berfungsi menyediakan sumber makanan bagi oosit.Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.Folikel primer muncul pertama kali untuk untuk menyelubungi oosit primer.Selama tahap meiosis I pada saat oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder.Pada saat berbentuk oosit sekunder, folikel sekunder sekunder berkembang menjadi folikel tersier.Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de graff (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan
d. Hormon wanita
Pada wanita peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria.Hormon reproduksi pada wanita di antaranya berperan dalam siklus menstruasi.e. Siklus menstruasi
Menstruasi atau haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium.Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma.Siklus menstruasi sekitar 28 hari.Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacupengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi. Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting yaitu ovulasi.Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (1/2 n) menstruasi. Untuk periode/ siklus (n) = 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, dan fase pasca-ovulasi1. Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesterone. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis.Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50ml. (Aryulia, 2004, h. 295)2. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de graff dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus atau endometrium.Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lender yang bersifat basa.Lender yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.(Aryulia, 2004, h. 295)3. Fase ovulasi
Pada fase mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negative atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH.LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de graff.Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de graff dan siap dibuahi oleh sperma.Umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.(Aryulia, 2004, h. 295).4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de graff yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de graff memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lender pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan bersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.(Aryulia, 2004, h. 295)
f. Menopause
Setelah sekitar 500 siklus, perempuan mengalami menopause, terhentinya ovulasi dan menstruasi. Menopause biasanya terjadi antara usia 46 dan 54. Selama tahun-tahun ini, ovarium kehilangan keresponsifannya terhadap FSH dan LH, sehingga mengakibatkan penurunan produksi estradiol oleh ovarium. (Campbell, 2010, h. 180)g. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.(Aryulia, 2004, h. 296)Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.Sperma dapat menembus oosit sekunder karena, baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma, bagian akrosom mengeluarkan:
1. Hialurodinase, enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata;
2. Akrosin, protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida;
3. Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder (Aryulia, 2004, h. 296).
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu. Senyawa tersebut adalah fertilizing, yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi:
1. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat
2. Menarik sperma secara kemotaksis positif
3. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder, sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekuder. Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti atau nukleus pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom
h. Kehamilan (Gestasi)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalanannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil dari pembelahan tersebut berupa sekelompok sel-sel yang sama besarnya dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula. Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel atau blastosol.Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dari sel-sel bagian dalam.a. Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait.Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium.Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan. Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi, dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan(Aryulia, 2004, h. 299).Macam-macam membran kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Sakus vitelinus
Sakus vitelinus atau kantung telur adalah kemampuan membrane membentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion(Aryulia, 2004, h. 299).2. Korion
Korion merupakan membrane terluar yang tumbuh melingkupi embrio.Korion membentuk vili korion atau jonjot-jonjot di dalam endometrium.Vili korion berisi pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus.Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio3. Amnion
Amnion merupakan membrane yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruang yang berisi cairan cairan amnion (ketuban).Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastic serta guncangan dari luar(Aryulia, 2004, h. 299).4. Alantois
Allantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari).Tali pusar menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu.Di dalam alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu(Aryulia, 2004, h. 299).b. Sel-sel bagian dalam blastosit
Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio atau embrioblas. Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu keempat sampai kedelapan. Ektoderm akan membentuk saraf, mata,kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, dan pernapasan. Selanjutnya, mulai minggu kesembilan sampai beberapa saat sebelum kelahiran terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat.Masa ini disebut masa janin amat masa fetusi. Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi dilahirkan.Penyebab peningkatan kepekaan dan aktivitas uterus sehingga terjadi kontraksi dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin, dan relaksinEstrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen berfungsi kontraksi uterus .oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin juga berfungsi untuk kontraksi uterus.Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin.Prostaglandin berfungsi meningkatkan intensitas kontraksi uterus.Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada pada ovarium dan juga oleh plasenta.Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.Faktor-faktor mekanis yang mempengaruhi kontraksi uterus, yaitu peregangan atau relaksasi otot-otot uterus dan serviks
Adanya peregangan pada otot-otot polos di sekitar uterus menyebabkan peningkatan kontraksi otot-otot polos di sekitar uterus. Selain itu, peregangan pada serviks juga dapat menimbulkan kontraksi uterus.Contohnya, yaitu pecahnya amnion menyebabkan kepala bayi dapat meregangkan serviks, sehingga terjadi kontraksi uterus lebih lanjut
j. Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lalu bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu atau payudara ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar atau duktus kelenjar yang belum berkembangPada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammatropin. Mammatropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin.Selain mammatropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang.Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak di sekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu
Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi.Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamatropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu
1. Pemberian air susu ibu
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh selama enam bulan pertama kehidupannya.Memberi ASI pada bayi mendatangkan berbagai keuntungan, baik bagi ibu maupun bayi2. Keuntungan pemberian ASI bagi bayi
Keuntungan utama untuk bayi adalah pemenuhan kebutuhan gizi.ASI mengandung komponen sangat spesifik yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibody yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir.ASI juga dapat meningkatkan IQ anak.Zat dalam ASI yang penting untuk perkembangan otak adalah DHA dan AA. ASI selain mengandung zat-zat tersebut, juga dilengkapi dengan enzim untuk menyerap, yaitu lipase. Keuntungan lainnya adalah terbentuknya ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayinya.Kedekatan anatara anak dengan ibu waktu mendapat ASI membuat anak merasa aman dan disayang, sehingga berpengaruh dalam perkembangan emosi anak
3. Keuntungan pemberian ASI bagi ibu
Menyusui bagi ibu yang baru melahirkan memberi manfaat yang sama besar seperti yang diperoleh bayinya. Menyusui memudahkan ibu yang baru melahirkan untuk mengurangi berat badan yang bertambah pada saat kehamilan.Menyusui juga merangsang uterus berkontraksi untuk kembali pada bentuk semulaDengan menyusui mendatangkan kemudahan untuk ibu karena ada botol yang harus dicuci dan disterilisasi serta tidak perlu susu formula yang harus dibuat. Menyususi juga merupakan kontrasepsi alami, walaupun tidak dapat diandalkan sepenuhnya.Frekuensi menyusui yang sering dapat menekan ovulasi, sehingga ibu yang menyusui biasanya jarang hamil kembali
Pemberian ASI juga sangat ekonomis. Pemberian susu formula untuk bayi, menuntut pengeluaran keuangan yang yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan dengan menyusui, seorang ibu dapat menghemat keuangan keluarga sambil memberikan nutrisi yang terbaik untuk bayi (Aryulia, 2004, h. 301).
k. Gangguan pada sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusia dapat mengalami gangguan, baik disebabkan oleh kelainan maupun penyakit.1. Gangguan pada sistem reproduksi wanita
Beberapa gangguan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah sebagai berikut.a. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi(Aryulia, 2004, h. 302).b. Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.1) Kanker vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi.Iritasi tersebut diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser
2) Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks.Penangannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul
3) Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas.Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi
c. Endometriosis
Endometriosis adalah dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru.Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang, tersa sakit, dan nyeri pada masa menstruasi.Jika tidak ditangani, endometrium dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi, atau bedah laser
d. Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin terutama bila suami terkena infeksi, jamur, atau bakteri