-->

Ads

Tata Laksana Budidaya Kentang



Tata Laksana Budidaya Kentang



1.      Penyiapan lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah karena hama atau penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan.
Tahap berikutnya ialah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1 sampai 2 mingu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar-benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar.
Dua minggu setelah pembajakan tanah dan penggemburan, dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur-Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70-100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak-petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan anorganik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira-kira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah yang terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 20-30 ton per hektar.
2.      Penyiapan bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakuan seleksi untuk membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar.
Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.       Bibit bebas hama dan penyakit
b.      Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
c.       Ukuran umbi 30-45 gram berdiameter 35-45 mm (bibit kelas I) dan 45-60 gram berdiameter 45-55 (bibit kelas II) atau umbi belah dengan berat minimal 30 gram.
d.      Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.
Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui masa istirahat atau masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. Penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormanis atau belum bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang-panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebulan sebelum tanam. Tanpa perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
3.      Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Di dataran tinggi waktu tanam yang paling baik adalah pada akhir musim hujan. Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling tepat adalah musim kemarau agar apda saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari paling rendah.
Penanaman bibit kentang di kebun baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari seringkali menyebabkan kelayuan sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan terjadi kematian (Samadi, 1997).
Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Untuk varietas Granola yang dibudidayakan di BBH Tawangmangu ditanam dengan jarak tanam 30 x 70 cm dengan kedalaman lubang tanam antara 8-10 cm.
Penanaman bibit kentang sangat sederhana, yaitu dengan cara umbi bibit diletakkan dalam alur tepat di tengah-tengah dengan posisi tunas menghadap ke atas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25-30 cm. Khusus di dataran menengah, jarak tanam diatur 50 x 30 cm untuk sistem bedengan atau 60-70 cm x 30 cm untuk sistem guludan
(Rukmana, 1997).
4.      Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.       Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai. Pengairan harus kontinu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan keadaan air tanah. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi atau sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dileb (digenangi) hingga tanah basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana, 1997).
b.      Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Cara menyulam ialah dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7 ½ cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
c.       Penyiangan
Dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabut atau membersihkan rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang (Rukmana, 1997). Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kira-kira 15 cm di sekitar tanaman.
d.      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam, pembumbunan kedua dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam atau 10 hari setelah pembumbunan pertama
(Anonim, 1989).
Tujuan pembumbunan ialah memberikan kesempatan agar stolon dan umbi berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek umbi                       (Phithorimaea opercuella). Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman dengan tanah hingga terbentuk guludan-guludan (Rukmana, 1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira-kira 10 cm, pembumbunan kedua juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira-kira 20 cm.
e.       Pemupukan
Pemupukan susulan hanya dilakukan pada saat tanam dan pemberiannya sangat bervariasi, ada yang menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Jadwal pemberian pupuk anorganik dan PPC pada tanaman kentang per hektar
No
Perlakuan
Waktu Pemberian (HST)
0
21
45
1
2



3
Pupuk Kandang
Pupuk anorganik
a.    Urea / Za
b.    TSP
c.    KCl
PPC (Supermes)
15-20 ton


400 kg

7-10 hari sekali


165 / 350 kg

100 kg


165 / 365 kg

100 kg
Sumber : Samadi (1997)
Keterangan : HST : Hari Setelah Tanam
PPC  : pupuk pelengkap cair.
Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar 10 - 20 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman kurang lebih 20 - 25 cm, kemudian segera menimbunnya dengan tanah sambil membumbun.
f.       Hama dan Penyakit
Menurut Rukmana (1997), hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang antara lain :
    1. Hama biasanya kutu daun persik, penggerek daun dan umbi kentang, kumbang kentang, thrips, tungau kuning, uret, anjing tanah, ulat tanah.
    2. Penyakit biasanya busuk daun, layu bakteri, layu fusarium, bercak kering alternaria, kudis atau burik, rhizoctonia, busuk basah, virus, dan bintil akar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel