-->

Ads

STUDI AWAL PRODUKSI BIOFLOK SECARA MASSAL DALAM SKALA LABORATORIUM

STUDI AWAL PRODUKSI BIOFLOK SECARA MASSAL DALAM SKALA LABORATORIUM


Gunarto, Hidayat Suryanto dan Andi Sahrijana
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, 90512 Maros Sulawesi Selatan
Email : gunartom@yahoo.com

Bioflok adalah suatu bentuk agregasi dari bakteri heterotrof, fitoplankton dan protozoa yang dapat dimanfaatkan sebagai subsitusi pakan bagi ikan/udang yang dibudidayakan, sehingga akan membantu dalam efisiensi biaya produksi.  Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan tiga teknik produksi bioflok yang sudah ada yaitu dari metode A (modifikasi dari metode AIYU Shirotabiota Indonesia), metode B (modifikasi dari metode Avnimelech, 1999),  dan metode C (modifikasi metode dari Avnimelech, 2007). Enam unit tangki fiberglas kerucut volume 250 L masing-masing diisi air tambak salinitas 35 ppt sebanyak 200 L.  Pada metode A dan B air tambak dikaporit 100 ppm terlebih dahulu sebelum digunakan untuk produksi bioflok, sedangkan pada metode C air tambak tidak dikaporit. Sumber C yang ditambahkan ke media air dalam bak kerucut adalah mollase  dan juga tepung tapioka  dengan kandungan C = 50%. Sedangkan sumber N dari pupuk Za dengan kandungan N = 21%, kemudian dari pakan udang, kandungan N = 6,4% dan dari Ammonium klorida (NH4CL), N = 0,34g per 5g NH4CL). C N rasio di setiap metode dipertahankan pada kisaran 20 : 1. Pengamatan dilakukan pada kecepatan tumbuh flok dari ketiga metode tersebut juga nilai nutrisinya (protein, lemak, karbohidrat), parameter kualitas air (amoniak, nitrit, nitrat, fosfat, pH, oksigen terlarut, salinitas) dan dilakukan pengukuran  Total Suspended Solid (TSS).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi flok tercepat dijumpai di metode B (6 hari), disusul metode C (20 hari) dan yang paling lambat adalah metode A (25 hari). Di metode A dengan jumlah pakan udang sebagai sumber N sebanyak 2% dari volume air dalam bak kerucut, dirasa terlalu banyak, sehingga menyebabkan sumber C yang ditambahkan juga harus banyak. Hal tersebut menyebabkan pH air media penumbuhan flok menjadi rendah (pH air = 4,5),  menyebabkan flok tidak tumbuh, meskipun telah ditambahkan dolomit untuk meningkatkan pH air. Setelah air diganti sebanyak 95%,  maka lima hari kemudian bioflok segera terbentuk. Kadar protein flok cukup tinggi di ketiga metode  yaitu 25,72 – 27,43% (A), 23,09 – 30,89% (B) dan 30,6% (C). Nilai TSS pada kisaran 91,4 – 98,4 mg/L (A), 80,8 – 151,6 mg/L (B) dan 114,4 – 196,8 mg/L (C).

Kata kunci: Bakteri heterotrofik, bioflok, nilai nutrisi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel