REKAYASA TEKNOLOGI PEMBUAHAN BUATAN IKAN KERAPU TIKUS (CROMILEPTES ALTIVELIS)
10:36 AM
Edit
REKAYASA TEKNOLOGI PEMBUAHAN BUATAN IKAN KERAPU TIKUS (CROMILEPTES ALTIVELIS)
Dwi Soeharmanto, Santoso Junadi, Iskandar, Sumarso
Balai Budidaya Air Payau Situbondo
Pembuahan buatan ikan laut masih jarang dilakukan utamanya karena ketersediaan dan kesiapan induk untuk memijah sangat terbatas. Tingkat keberhasilan yang dicapainyapun masih rendah dan dirasa sangat sulit karena waktu kematangan induk jantan dan betina yang tersedia sering tidak bersamaan. Teknik ini sangat banyak gunanya termasuk diantaranya akan mempercepat berkembangnya penemuan teknik transgenesis (Subyakto, 2010) yang dapat memasukkan gen pertumbuhan melalui sperma secara injeksi maupun elektroporesis. Teknologi transfer gen dapat mempercepat pertumbuhan ikan (Devlin et al, 1995), meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Dunham, 2002) maupun gen lain untuk tujuan pengembangan budidaya modern ke depan. Teknik pembuahan buatan ini dimulai dengan pengelolaan induk secara baik melalui pemberian pakan dan pengelolaan lingkungan. Induk dipilih yang matang gonad kemudian dilakukan penyuntikan dengan hormon HCG. Dosis yang digunakan adalah 1000 IU untuk induk betina dan 500 IU untuk induk jantan sekaligus. Waktu penyuntikan dilakukan pada saat diameter telur sudah mencapai minimal 400 u (Vatanakul, 2002). Kemudian setelah 48 jam dari penyuntikan dilakukan pengeluaran telur dan sperma dengan cara mengurut bagian perutnya (striping) secara perlahan dan hati-hati. Hasil peneluran ini selanjutnya dicampur dalam wadah dan diaduk selama 2 menit menggunakan bulu ayam. Setelah dicuci bersih telur hasil pembuahan ini dipelihara dalam bak pemeliharaan.
Kata kunci: Hormon HCG, matang gonad, pembuahan buatan, striping, transgenesis
Dwi Soeharmanto, Santoso Junadi, Iskandar, Sumarso
Balai Budidaya Air Payau Situbondo
Pembuahan buatan ikan laut masih jarang dilakukan utamanya karena ketersediaan dan kesiapan induk untuk memijah sangat terbatas. Tingkat keberhasilan yang dicapainyapun masih rendah dan dirasa sangat sulit karena waktu kematangan induk jantan dan betina yang tersedia sering tidak bersamaan. Teknik ini sangat banyak gunanya termasuk diantaranya akan mempercepat berkembangnya penemuan teknik transgenesis (Subyakto, 2010) yang dapat memasukkan gen pertumbuhan melalui sperma secara injeksi maupun elektroporesis. Teknologi transfer gen dapat mempercepat pertumbuhan ikan (Devlin et al, 1995), meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Dunham, 2002) maupun gen lain untuk tujuan pengembangan budidaya modern ke depan. Teknik pembuahan buatan ini dimulai dengan pengelolaan induk secara baik melalui pemberian pakan dan pengelolaan lingkungan. Induk dipilih yang matang gonad kemudian dilakukan penyuntikan dengan hormon HCG. Dosis yang digunakan adalah 1000 IU untuk induk betina dan 500 IU untuk induk jantan sekaligus. Waktu penyuntikan dilakukan pada saat diameter telur sudah mencapai minimal 400 u (Vatanakul, 2002). Kemudian setelah 48 jam dari penyuntikan dilakukan pengeluaran telur dan sperma dengan cara mengurut bagian perutnya (striping) secara perlahan dan hati-hati. Hasil peneluran ini selanjutnya dicampur dalam wadah dan diaduk selama 2 menit menggunakan bulu ayam. Setelah dicuci bersih telur hasil pembuahan ini dipelihara dalam bak pemeliharaan.
Kata kunci: Hormon HCG, matang gonad, pembuahan buatan, striping, transgenesis