-->

Ads

Fakta tentang tanaman Kentang



Tanaman Kentang

Di Indonesia, kentang pertama kali ditemukan pada tahun 1794 di daerah Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang ditanam di Cisarua diduga berasal dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orang-orang Eropa. Varietas kentang yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenheimer. Pada tahun 1811 kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah, terutama di pegunungan (dataran tinggi) Pacet, Lembang, Pengalengan (Jawa Barat), Wonosobo, Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu, Tengger (Jawa Timur), Aceh, Tanah Karo, Padang, Bengkulu, Sumatera Selatan, Minahasa, Bali, dan Flores (Rukmana, 1997).
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman sayuran semusim, berumur pendek kurang lebih hanya 90- 180 hari dan berbentuk perdu atau semak. bervariasi sesuai varietasnya (Samadi, 1997).
Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kentang diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom   : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio       : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Classis       : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo          : Solanales
Familia      : Solanaceae
Genus        : Solanum
Spesies      : Solanum tuberosum Linn.

1.      Daun
3
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan (daun majemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau atau hijau keputih-putihan. Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari 45o atau lebih besar dari 45o. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997). Daun berkerut-kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu.
Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi, dan persediaan makanan.
2.      Batang
Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman berbuku-buku, berongga, dan tidak berkayu, namun agak keras apabila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50-120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau : hijau kemerah-merahan atau hijau keungu-unguan (Rukmana, 1997).
Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat-zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain.
3.      Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan halus berukuran sangat kecil. Diantara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi untuk menyerap zat-zat hara yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).

4.      Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan tiap karangan bunga memiliki 7-15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen), yang masing-masing berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, yakni putik lebih cepat masak daripada tepung sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang
(Rukmana, 1997).
Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih dua setengah cm, berwarna hijau tua sampai keungu-unguan dan tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi bji hanya berkisar 10 butir sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan  (Rukmana, 1997).
5.      Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar-akar. Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak. Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997).
Rukmana (1997) menyatakan bahwa umbi kentang memiliki morfologi bervariasi, dilihat dari bentuk warna kulit, warna daging, dan mata tunasnya seperti disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Keragaman morfologis umbi kentang
No
Bagian umbi
Ciri-ciri visual
1

2
3

4
Bentuk umbi

Warna kulit umbi
Warna daging umbi

Mata tunas
Bulat, bulat lonjong, dan lonjong memanjang
Putih, kuning, dan merah
Putih, putih kekuning-kuningan dan kuning
Dangkal, menengah (medium) dan dalam

Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun solani tidak dapat hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi, 1997).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel