Penerapannya di dalam Buku BIPA
12:26 AM
Edit
Penerapannya di dalam Buku BIPA
Sesuai dengan data yg diperoleh, dapat dikemukakan bahwa belum semua buku bahan ajar BIPA menyajikan materi atau informasi tentang aspek-aspek sosial budaya masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dari 43 judul buku BIPA yg diamati, ternyata yg menyajikan materi tentang aspek-aspek sosial budaya masyarakat Indonesia hanya 24 buah atau 56%. Sisanya, sebanyak 19 judul buku atau 44% tidak menyajikan materi tersebut.
Meskipun demikian, dari 19 judul buku BIPA yg tidak menyajikan materi sosial budaya itu, 8 judul di antaranya (42%), atau 19% dari jumlah seluruh buku, tetap menyajikan informasi tentang aspek-aspek sosial budaya itu. Hanya saja, penyajiannya itu terbatas pada teks-teks bacaan saja. Selebihnya, 11 judul buku yg lain (58%), atau 26% dari jumlah seluruh buku, sama sekali tidak menyinggung masalah sosial budaya yg berlaku di dalam masyarakat Indonesia.
Pencantuman materi tentang aspek-aspek sosial budaya masyarakat Indonesia di dalam buku-buku tersebut, kecuali dalam buku Spoken Indonesian: A Course in Indonesian National Language yg ditulis Edmund A. Anderson, hampir seluruhnya tidak diintegrasikan di dalam teks materi ajar. Pencantuman itu umumnya hanya dilakukan di dalam tajuk Catatan Budaya, sedangkan dalam beberapa buku yg lain pencantumannya di dalam tajuk Keterangan. Kenyataan itu menunjukkan bahwa materi tentang aspek-aspek sosial budaya--oleh para penulis buku BIPA--hanya dianggap sebagai pelengkap. Jadi, materi itu belum dipandang sebagai bagian yg penting di dalam pengajaran BIPA. Padahal, tanpa pengetahuan mengenai aspek-aspek sosial budaya itu mustahil pembelajar BIPA dapat berkomunikasi secara baik dan benar dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Berbeda dengan buku-buku BIPA yg lain, dalam buku Edmund Anderson yg berjudul Spoken Indonesian: A Course in Indonesian National Language (1996), aspek-aspek sosial budaya masyarakat Indonesia dicantumkan secara eksplisit sebagai materi ajar yg utama. Di dalam buku itu, informasi tentang aspek-aspek sosial budaya yg dicantumkan meliputi jarak sosial (saling kenal atau tidaknya para peserta komunikasi), jenis kelamin, usia, status sosial, dan hubungan kekeluargaan di antara para peserta komunikasi. Beberapa aspek sosial tersebut dianggap sebagai penentu yg penting dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama dalam memilih bentuk-bentuk ujaran yg sesuai dengan konteksnya, baik yg berupa konteks sosial maupun konteks budayanya.
Di samping hal tersebut, di dalam buku Anderson itu diberikan pula gambaran tentang situasi yg menentukan ragam bahasa, dan jg lokasi pembicaraan, spt di kantor pos, di rumah, di restoran, dan di pasar. Informasi tersebut selain dicantumkan sebagai materi pelajaran, jg disertai pula dengan contoh-contoh penggunaannya. Bahkan, pembahasan mengenai hal itu dicantumkan di dalam bab tersendiri.