Hal-hal yang Dapat Diambil Manfaat dari Psikologi Pendidikan
9:37 AM
Edit
Hal-hal yang Dapat Diambil Manfaat dari Psikologi Pendidikan
Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa psikologi pendidikan merupakan alat Bantu yang penting bagi bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar.
Menurut Muhibbin Syah (1995) setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni:
1) seleksi penerimaan siswa baru;
2) perencanaan pendidikan;
3) penyusunan kurikulum;
4) penelitian kependidikan;
5) administrasi pendidikan;
6) pemilihan materi pelajaran;
7) interaksi belajar-mengajar;
8) pelayanan bimbingan dan konseling;
9) metodologi mengajar;
10) pengukuran dan evaluasi.
Guru yang memiliki kompetensi dalam prespektif psikologi pendidikan adalah mereka yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaik¬baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil sebagai manfaat psikologi pendidikan.
1. Proses perkembangan siswa
Di kalangan para guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara siswa satu dengan lainnya membuat perbedaan substansial dalam merespon pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut.
Tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah kognitif para siswa. Unsur kognitif dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani proses be lajar mengajar.
2. Cara belajar siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah membantu siswa agar balajar sebaik-baiknya. Pengetahuan Anda yang pokok adalah mengenai proses belajar tersebut meliputi:
1) arti penting belajar;
2) teori-teori belajar;
3) hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan; dan 4) fase-fase yang dilalui siswa dalam peristiwa belajar.
Di samping itu semua, yang penting pula dipahami adalah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif proses mengajar.
3. Cara menghubungkan antara mengajar dengan belajar
Secara singkat mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampi Ian dan menanamkan nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar ini diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka. Oleh karena itu sebagai guru Anda diharapkan mengerti benar teentang seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual maupun kelompok. Dalam hal ini tentu Anda dituntut untuk memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi-strategi yang dapat diterapkan saat proses belajar¬mengajar berlangsung.
4. Pengambilan keputusan untuk pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM), seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral yang kuat dan berwibawa, namun tetap bersahabat (Syah, 1995). Untuk memenuhi hal tersebut Anda dituntut mampu menempatkan diri sebagi pengambil keputusan atau pembuat keputusan yang penuh perhitungan untung rugi berdasarkan kajian psikologis.
Agar pengelolaan PBM mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai profesional. Sehingga perilaku yang tertampilkan guru bersangkutan dapat terarah sesuai dengan karakteristik seorang profesional.
Berikut dikemukakan hambatan-hambatan pengambilan keputusan yang dialami seorang guru dalam proses PBM (Syah, 1995).
a. Kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi oleh para siswa.
b. Kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah diberlakukan lagi.
c. Kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan.
d. Ketidakcermatan observasi terhadap situasi belajar-mengajar.
Selain hal diatas, hambatan mungkin muncul dari perbedaan harapan anatara guru dengan siswa. Beberapa siswa dalam kelas misalnya mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti.