-->

Ads

Cara Meningkatkan daya saing koperasi

Meningkatkan daya saing koperasi

             Mengingat telah berlakukanya ACFTA, kelemahan kondisi internal koperasi pada umumnya,  dan lingkungan persaingan yang makin dinamis, maka perlu perlu perubahan/ pengembangan cara pandang dalam pengelolaan koperasi. Dengan demikian, diharapkan  daya saing dan akan menjadi daya tarik bagi anggota maupun masyarakat. Pada akhirnya, tujuan koperasi  dapat diwujudkan dan dipertahankan keberlangsungannya. Secara garis besar, perubahan cara pandang (paradigma) dalam pengelolaan koperasi terkait peningkatan daya saing, dapat dilihat dalam  berikut.
Cara Meningkatkan daya saing koperasi

Cara Meningkatkan daya saing koperasi

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan daya saing diarahkan untuk meningkatkan partisipasi anggota. Melalui partisipasi aktifnya, kesejahteraan anggota diharapkan dapat ditingkatkan.  Berikut, uraian dari beberapa variable  dalam gambar tersebut

a.    Dari pergerakan sepanjang kurva demand (movements along the demand curve) menuju pergeseran kurva demand (shifts of the demand curve)


          Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga suatu barang naik maka permintaan barang tersebut turun, sebaliknya apabila harga suatu barang turun permintaan naik, ceteris paribus. Ceteris paribus  dimaknai sebagai asumsi yang mengatakan bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi di luar harga barang yang bersangkutan dianggap tetap. Titik tolak pemahaman ini adalah karena yang mempengaruhi mengapa orang membeli suatu produk tidak hanya harga produk yang bersangkutan, tetapi faktor-faktor lain seperti harga barang lain yang berkaitan, selera konsumen, kualitas,  pendapatan konsumen, ekspektasi konsumen dan sebagainya. Analog dengan pemahaman tersebut, maka daya tarik koperasi yang mendasarkan pada efisiensi biaya dengan memunculkan harga yang murah dalam koperasi pembelian, pada dasarnya baru menekankan pada konsep hukum permintaan tersebut.
       Dalam konsep ekonomi mikro, dibedakan istilah movements along the demand curve dan shifts of the demand curve. Pemahaman yang pertama diartikan perubahan dalam jumlah yang diminta disebabkan oleh peningkatan atau penurunan harga. Sedangkan pemahaman yang kedua dimaksudkan dengan perubahan permintaan yang disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mula-mula dianggap tetap (ceteris paribus) sekarang berubah.   Mengacu dari pemahaman ini, maka koperasi harus mampu mengekplorari faktor-faktor ceteris paribus- nya untuk menjadi daya saing koperasi. Kemampuan mendiferensiasi daya tarik di luar harga murah harus dikembangkan.
         Kopwan Kencono Wungu, dengan sistem  tanggung renteng yang diterapkan secara sungguh-sungguh, mampu membangun kesadaran dan kepercayaan masyarakat, sehingga tertarik menjadi anggota kopwan. Dua gedung koperasi dibangun melalui sumbangan anggotanya.
        

b.    Dari cost efficency menuju cost effectiveness


          Pertama kali yang dilakukan oleh Robby Johan saat masuk menjadi Dirut Garuda, adalah merubah mainset bisnis dari cost effisiensi menjadi cost effectiveness. Setelah membuka pintu bagi karyawan-karyawan mengambil kesempatan pension dini dengan sejumlah pesangon, Robby justru meningkatkan gaji dan tunjangan karyawan yang masih bertahan. Banyak di antara karyawan yang telah mengajukan pensiun dini kabarnya merasa menyesal.
          Apa tuntutan dari cost effectiveness ? Kalau pada konsep yang pertama (cost efficiency),  tekanan adalah pada penghematan-penghematan, sedangkan pada konsep yang kedua, biaya boleh meningkat, namun peningkatan biaya ini harus dibalas dengan peningkatan hasil yang berlipat ganda. Karyawan boleh meningkat gaji atau tunjangannya, tetapi di sisi lain, karyawan tersebut harus memberikan reward berlipat ganda pada perusahaan.
          Terlepas dari bagaiman kondisi Garuda saat ini, namun wacana ini harus dijadikan pertimbangan bagi koperasi untuk tidak hanya berkutat pada penekanan efisiensi saja atau pada harga murah saja. Peningkatan kualitas produk layanan harus dilakukan walaupun diringi dengan peningkatan  biaya. Koperasi harus mencobanya.
          Cerita menarik juga diperoleh dari kisah sukses Kopwan Kencono Wungu, Kabupaten Mojokerto. Untuk mengintensifkan pembinaan kepada anggota maka pengurus, dengan mengeluarkan sedikit biaya sebagai balas jasa,  dibantu oleh 5 orang PPL (Pembina Penyuluh Lapangan). PPL merupakan kader-kader pilihan yang diangkat oleh pengurus melalui surat keputusan dan bertugas serta bertanggung jawab dalam pertemuan kelompok,yang dilaksanakan sebulan sekali.  Sehingga secara strategis PPL bertugas membantu pengurus memajukan koperasi dalam bidang organisasi.

c.    Mengharmonisasikan 4P dengan 4C


        Saat ini,  perusahaan-perusahaan yang ingin bertahan hidup tidak dapat dilakukan  semata-mata hanya dengan mengandalkan  melakukan pekerjaan yang baik. Untuk dapat  bertahan hidup, mereka, termasuk di dalamnya perusahaan koperasi, harus melakukan pekerjaan yang baik sekali, sehingga konsumenpun tidak hanya puas saja, namun puas sekali. Pertumbuhan pasar  lambat, namun persaingannya sengit terjadi di dalam negeri dan di luar negeri. Konsumen, baik konsumen akhir maupun pembeli bisnis, berhadapan dengan banyak pemasok yang berusaha untuk memuaskan kebutuhan mereka ketika mereka memilih pemasok Penelitian telah menunjukkan, bahwa kunci bagi prestasi perusahaan yang menguntungkan adalah mengetahui dan memuaskan pelanggan sasaran dengan penawaran yang bersaing.  Pemasaran adalah salah satu fungsi perusahaan yang dibebani tugas untuk mendefinisikan pelanggan sasaran dan cara terbaik untuk memuaskan kebutuhan dan keingginan kompetitif yang menguntungkan.
       Instrumen-instrumen yang dapat digunanakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dikenal dengan istilah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran (Kotler, 1997  )..Bauran pemasaran adalah salah satu konsep penting dalam pemasaran modern. Selanjutnya, McCarthy (dalam Kotler, 1997  ) mempopulerkan klasifikasi yang terdiri dari empat faktor yang disebut  4P yaitu : Produk (Product), Harga (Price), Distribusi (Place), dan Promosi (Promotion). Variabel-variabel tertentu setiap P harus dimplementasikan secara tepat.
         Bauran pemasaran (4P) menunjukkan pandangan perusahaan tentang kiat pemasaran yang ada untuk mempengaruhi konsumennya, namun dari sudut pandang konsumen, setiap kiat pemasaran harus memberi  manfaat bagi pembeli. Jadi 4P bagi perusahaan,  harus dirancang dan dikelola secara tepat sebagai tanggapan  dari variable 4C, yang bersumber dari konsumen. Gambaran hubungan antara variable-variabel 4P dan 4C secara singkat dapat digambarkan dalam hubungan sebagai berikut.:

Product - pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
        konsumen (Customer Solution)
Price      bagi anggota pada dasarnya merupakan biaya (Cost to the
       customer),    sehingga harus dirancang tepat dan murah
Promotion  bagi anggota pada dasarnya adalah bentuk komunikasi

       (Communication), sehingga harus sesuai dengan situasi dan
       kondisi   anggota agar dicapai komunikasi yang efektif.
Place     bagi anggota,berkaitan dengan kemudahan untuk memperoleh
       pelayan   koperasi (Convenience)

           Sebetulnya dalam koperasi, yang pelanggannya dikenal dengan istilah captive market  (bahasa sederhananya, pasarnya sudah pasti), semestinya sudah tidak menemui kesulitan lagi untuk mendefinisikan pelanggan sasaran dan cara terbaik memuaskan kebutuhan pelanggannya. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa koperasi kesulitan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan anggota. Artinya, koperasi kesulitan untuk mengharmonisasikan unsur 4P dan 4C. Rapat Anggota harus benar-benar efektif, sehingga dapat disusun program-progam pelayanan yang benar-benar berbasis pada keinginan anggota.
        Koperasi Wanita (Kopwan) Kartika Candra, Kabupaten Pasuruan, adalah salah satu contoh koperasi yang berhasil tumbuh dan berkembang dari bawah (bottom up). Segala kegiatannya selalu berorientasi kepada kepentingan dan pemenuhan kebutuhan anggota.  Kopwan ini mampu mewujudkan berdirinya kantor yang hamper 90 % diperoleh dari partisipasi anggota.

d.    Diferensiasi yang kompetitif

         Dalam persaingan monopolistik, para penjual bersaing melalui diferensiasi produk (perbedaan diantara produk mengenai antara lain kualitas, harga, lokasi, kemasan, iklan dan sebagainya) agar produk dapat di bedakan dengan produk yang di jual produsen lain lain. Persaingan monopolistik merujuk kepada organisasi pasar dimana terdapat banyak perusahaan yang menjual barang-barang yang hampir serupa tapi tidak sama (Salvatore, 1985).
           Koperasi harus mampu mengembangkan diferensiasi-diferensiasi kompetitif yang lain, tidak hanya mendasarkan pada efisiensi biaya (harga murah) saja. Jadi yang harus dipikirkan adalah, dengan cara apa koperasi bisa membedakan penawarannya dari para pesaing. Saatnya bagi koperasi untuk membentuk team kreatif yang mampu melahirkan diferensiasi-diferensiasi kompetitif.,
           Kotler (1997   ) mengkategorikan peralatan-peralatan untuk diferensiasi yang kompetitif,  yaitu : diferensiasi produk, diferensiasi ciri-ciri, diferensiasi pelayanan, diferensiasi personalia, dan diferensiasi citra. Berikut adalah penjelasan dari diferensiasi-diferensiasi tersebut.

a.    Diferensiasi produk


           Pada suatu keadaan tertentu, kita dihadapkan pada suatu produk yang sangat terstandarisasi sehingga memungkinkan sedikit variasi, seperti daging ayam, garam. Tetapi dalam beberapa hal, beberapa variasi alamiah (asli) masih memungkinkan. Misalnya garam, dikemas dengan kemasan yang menarik serta mengandung Iodium sebagaimana yang dibutuhkan oleh tubuh pemakainya.

b.    Diferensiasi ciri-ciri

          Ciri-ciri adalah karakteristik yang mendukung fungsi dasar suatu produk. Sebagian produk dapat ditawarkan dengan beberapa cirri-ciri. Perusahaan harus mempertimbangkan berapa banyak orang yang membutuhkan setiap cirri-ciri tertentu, berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap cirri itu diperkenalkan, apakah mudah bagi pesaing untuk meniru cirri tersebut, dan sebagainya. Beberapa karakteristik yang mendukung fungsi dasar suatu produk yang dapat dikelola oleh koperasi adalah: kinerja, peyesuaian (konformansi), tahan lam (durability), tahan uji (realibility), kemudahan perbaikan (repairability),  model (style), dan desain (kekuatan yang mengintegrasi).

c.    Diferensiasi pelayanan (service differentiation)

         Selain pembedaan dari produk fisiknya, koperasi dapat juga membedakan dari pelayanan lanjutannya. Kunci sukses persaingan sering terletak pada tambahan pelayan dan mutu. Variavel-variabel pelayanan termasuk di dalamnya adalah: pengiriman, pemasangan, pelatihan bagi pelanggan, pelayanan konsultasi, perbaikan dan pelayanan rupa-rupa.
        Kopwan Setia Bhakti Wanita, Surabaya, dengan 10.020 anggota (data 2009), asset Rp. 81,2 milyar dan volume usaha Rp. 101 ilyar (data tahun 2002), berhasil mengembangankan pola simpan pinjam dengan sistem tanggung renteng. Dampakanya bagi anggota adalah, koperasi mampu memenuhi kebutuhan anggota melalui KSP, interaksi antar anggota dan berkembangnya solidaritas antar anggota. Keberhasilan ini dilakukan salah satunya melalui kegiatan pelatihan bagi anggota antara lain, pelatihan dalam pengambilan keputusan, pelatihan tentang sistem tanggung renteng yang dilakukan secara periodik dan pelatihan-pelatihan lain yang berkaitan dengan pengembangan potensi.
         Dampak koperasi terhadap lingkungannya antara lain menjadi wadah belajar bagi koperasi lain dan menumbuhkan unit usaha baru. Hampir setiap bulan selalu ada saja institusi yang berkunjung ke Kopwan ini, baik  untuk meminta pelatihan atau untuk studi banding.   Sepert pada bulan Januari 2010, Kopwan mendapat kunjungan 200 siswa dan 18 guru dari SMKN I Bangkalan. Dalam waktu yang sama Kopwan juga mendapat kunjungan dari siswa  SD. 

d.    Diferensiasi personalia

         Keunggulan kompetitif bisa diperoleh  koperasi karena memperkerjakan  dan melatih orang-orangnya dengan lebih baik dibandingkan pesaingnya. Tenaga terdidik memiliki enam cirri yaitu: kompeten, sopan santun, kredibel, dapat diandalkan, cepat bereaksi terhadap keinginan pelanggan dan punya kemampuan berkomunikasi yang baik. Dadang Hawari mengkategorikan SDM yang unggul adalah SDM yang punya IQ, CQ, EQ dan SQ.
           Kopwan Kopinkra Sutra Ayu Kabupaten Pekalongan, sebagai koperasi sukses membangun silaturahmi yang sehat antara pengurus dengan anggotanya.  Melalui silaturahmi yang baik ini, masalah yang berkaitan dengan partisipasi anggota dapat diminimalisir.

 e.   Diferensiasi citra (Image differentiatioan)

           Citra adalah persepsi yang bertahan lama. Untuk mengembangkan  citra yang kuat terhadap suatu produk, merek atau perusahaan menuntut kreatifitas dan kerja keras.. Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran masyarakat hanya dalam satu malam, atau dengan satu media saja. Apalagi untuk koperasi, dimana masih mempunyai citra yang tidak menguntungkan di masyarakat, seperti contohnya KUD, yang sering dipeleskan menjadi Ketua Untung Duluan. Walaupun tidak benar adanya,  dibutuhkan kerja keras untuk memperbaiki dan membangun     citranya.
         Citra harus ditanamkan dalam setiap alat komunikasi pada perusahaan dan dilakukan secara berulang-ulang.  Misalnya, pesan: comitted to you  selain ditulis dengan bahasa gaul committed  2 u agar selalu diingat, pesan ini harus digambarkan dalam simbol, media tertulis atau audio visual, suasana fisik perusahaannya, peristiwa-peristiwa dan para orang perorang . Koperasi harus percaya diri dengan mengunakan nama atau istilah yang atraktif.. Walaupun hanya merubah nama tokonya dari Tunas Dinamika menjadi TD Mart , paling tidak KKBM Ikopin sudah berusaha melakukan perubahan, terlepas besar atau kecil signifikansinya pada volume transaksi.  Membangun citra memang tidak cukup hanya berganti nama saja.
          Kopwan Kopinkra Sutra Ayu Pekalongan, mempunyai motto Kepercayaan adalah Nyawa . Setiap bantuan modal yang diterima, dikembalikan tepat pada waktunya.  Kopwan Kencono Wungu,  Mojokerto dengan slogan kunci suksenya,
Sediakanlah waktu tertawa, karena tertawa itu musiknya jiwa. Kopwan Kartika Candra Pasuruan, dengan mottonya, Berjuang bersama meraih sukses. Sedangkan Kopwan Setia Bhakti Wanita Surabaya, mempunyai misi, Meningkatkan pelayanan koerasi dan kualitas sumber daya manusia untuk menumbuh kembangkan kehidupan yang lebih bertanggung jawab (mandiri) dan berkesinambungan.  Dengan prestasinya, kopwan-kopwan tersebut mempunyai citra positif di mata anggota dan masyarakat serta instansi terkait.
        Banyaknya cerita sukses kopwan yang diangkat, karena faktanya menunjukkan bahwa dengan keunikannya, banyak kopwan yang mampu mengelola organisasi dan perusahaan koperasi dengan baik.  Di Subang, pimpinan kepala daerahnya bertekad menjadikan daerah Subang sebagai kabupaten koperasi wanita terbesar di Jawa Barat atau bahkan di Indonesia (data 2010). Hal ini mengacu kepada banyaknya kaum perempuan di Kabupaten Subang yang menjadi anggota koperasi aktif.  Ada sedikitnya 150 Kopwan Lumbung ekonomi Desa (LED) dengan anggota mencapai 60.000 orang.


         Idealnya, perusahaan (dalam hal ini koperasi) mendiferensiasikan dirinya dalam beberapa dimensi. Perlu ditegaskan bahwa, strategi diferensiasi tidak berarti memungkinkan perusahaan untuk mengabaikan biaya, tetapi biaya bukanlah target  strategis yang utama (Porter, 1990). Paling tidak, aktifitas  menggali dan menciptakan diferensiasi harus tetap diupayakan secara kontinyu. Seperti judul buku yang ditulis oleh seorang pemilik perusahaan computer: The same is not my style.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel